Senin, 10 Februari 2014

Penting!!! Jangan abaikan info ini!!! untuk keselamatan anda (FISIKA)



Penting!!! Jangan abaikan info ini!!! untuk keselamatan anda

Q : Mengapa jika mesin kendaraan bermotor tiba-tiba mati di lintasan rel kereta api sulit dihidupkan lagi ?

A: =>Ternyata itu disebabkan adanya pengaruh gesekan antara roda kereta dengan relnya.

Selama ini sering terjadi kendaraan bermotor tiba-tiba mati mesinnya saat melintas di atas rel kereta api. Itu terjadi terutama ketika ada kereta yang mau lewat. Pengendaranya kesulitan menghidupkan kembali mesin kendaraannya itu. Akibatnya, kendaraan bermotor itu ditabrak kereta dalam hitungan sekian puluh detik berikutnya.

jika mesin mobil tiba-tiba mati di atas rel, maka hendaknya penumpangnya segera keluar dan mendorongnya. Jika tidak, akan sangat membahayakan jika kereta segera lewat. Dan jangan berusaha menghidupkan mesin! Yang anda lakukan adalah, keluar! dan mendorongnya! Kalopun anda gak sempat mendorong, setidaknya anda sudah berada diluar kendaraan dan bisa sewaktu-waktu lari menghindar.

Mengapa mesin bermotor susah dihidupkan ?

=> îtu karena terjadi impedansi yang ditimbulkan oleh pergesekan roda kereta api dan relnya. Dan, impedansi itu yang cukup untuk mengakibatkan mesin mobil yang mati sulit menyala kembali. Kejadian itu terutama berpengaruh pada mobil atau kendaraan yang berbahan bakar bensin, meskipun kendaraan berbahan bakar solar juga ada yang terpengaruh. “Pada kendaraan yang berbahan bakar bensin, starternya digerakkan oleh dinamo. Dari dinamo ini dihasilkan medan magnet yang selanjutnya menggerakkan mesin mobil. Djoko mengatakan, hal tersebut tidak jadi masalah bila mesin mobil tersebut tidak mati. Namun bila mesin tersebut mati maka akan sulit untuk dihidupkan lagi. Medan impedansi tersebut tidak diperlukan jarak yang dekat untuk itu. Hal tersebut sudah mulai dapat berpengaruh ketika kereta api masih berjarak 1,5 km lokasi lintasan di mana kendaraan bermotor itu melintas rel.

*Menyelamatkan diri dengan mendorong mobil adalah salah satu cara yang baik, namun sebelum turun JANGAN LUPA memposisisikan tuas transmisi pada posisi gigi NETRAL.


Sabtu, 08 Februari 2014

Verifikasi data PTK di p2tkdikdas.kemdikbud.go.id


UPDATE alamat terbaru:
LEMBAR INFO GURU :
  1. http://223.27.144.195/info.php
  2. http://223.27.144.195:8081/info.php
  3. http://223.27.144.195:8082/info.php
  4. http://223.27.144.195:8083/info.php
LEMBAR CEK SK GURU
APLIKASI TUNJANGAN PROFESI
http://223.27.144.198:8080/login.php
Silahkan cek melalui alamat alternatif diatas jika alamat resmi dibawah ini gagal..
————————————————————————–
Ayo Verifikasi Data PTK Anda di p2tkdikdas.kemdikbud.go.id…
Bagi yang mau cek apakah data PTK-nya sudah masuk ke Kemdikbud dan valid atau benar dan apakah persyaratan jumlah jam mengajar sudah sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi guru, semua bisa ditelusuri melalui http://p2tkdikdas.kemdikbud.go.id .
Mulailah dengan mengunjungi situs p2tkdikdas.kemdikbud.go.id kemudian masukkan NUPTK dan password ( Masukkan NUPTK sebagai username serta tanggal lahir sebagai password dgn format YYYYMMDD. Sebagai contoh jika tgl lahir anda 12 N0vember 1971 passwordnya: 19711112) di tempat seperti ini :

Kemudian klik Login… dan tunggulah beberapa saat
Muncullah data PTK Anda.

Minggu, 02 Februari 2014

PENGARUH MEDIA TANAMAN (BIOLOGI UMUM)



PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN JAGUNG

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Umum
Dosen Mata Kuliah
Drs.Subroto
Disusun oleh :
BADRI ROHMAN
NPM 12.05.0.001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
TAHUN 2012

MAKALAH
PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN JAGUNG




Oleh :
BADRI ROHMAN
NPM 12.05.0.001



Diajukan
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Biologi Umum
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau Kepulauan


Diterima dan disetujui
Pada tanggal : 16 November 2012
Dosen pembimbing

Nama                                                                                                                                                                    Tanda Tangan Drs.Subroto                                                                                                                                                           ....................
ABSTRAK
        Penelitian  berjudul “Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jagung” bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian perumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanaman tanah liat, media tanaman pasir dan media tanaman kapas.
        Jenis penelitian ini adalah observasi dan eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variable bebas, variable control, dan variable terikat/respon. Variabel bebas meliputi media tanam yaitu media tanam tanah liat, media tanam pasir, dan media tanam kapas. Variabel control meliputi jenis biji jagung,air,tempat untuk media tanam (gelas plastik), waktu penelitian. Variabel terikat meliputi faktor yang diamati pada penelitian ini adalah kecepatan tumbuh perkecambahan biji jagung. Teknik pengolahan dan analisis data mencari nilai rata-rata kecepatan perkecambahan biji jagung pada tiap perlakuan dan membandingkan hasil antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain. Penelitian dilakukan selama 5 hari.
        Pertumbuhan biji jagung dengan menggunakan media tanah liat pada hari pertama 1,5 cm, hari kedua 2,5 cm, hari ketiga 5 cm, hari keempat 7,5 cm, hari kelima 10 cm. Pertumbuhan biji jagung dengan menggunakan media pasir pada hari pertama 0,7 cm, hari kedua 5 cm, hari ketiga 7,5 cm, hari keempat 10 cm, hari kelima 13 cm. Pertumbuhan biji  jagung degan menggunakan media kapas pada hari pertama tidak tampak, hari kedua 3,5 cm, hari ketiga 4,2 cm, hari keempat 5,6 cm, hari kelima 7 cm.
        Dari ketiga media tanam yang digunakn, media tanam pasirlah yang lebih cepat menumbuhkan biji jagung. Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, media ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan akar kecambah menembus tanah bertekstur pasir sangat mudah dan menyebabkan pertumbuhan kecambah sangat cepat.










KATA PENGANTAR
        Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat iman dan islam kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
        Pada kesempatan yang baik ini tidak lupa penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Istri  dan anak yang selalu mendukung saya
2. Kepada Bapak Drs. Subroto selaku Dosen mata kuliah Biologi Umum
3. Kepada  semua pihak yang telah membantu, baik dari segi materi, pengetahuan,maupun materil hingga selesainya penyusunan makalah ini.
        Makalah yang berjudul “Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jagung” yang disusun untuk  memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Umum pada Prorgam Studi pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan.
        Penulis  menyadari bahwa makalah ini masih jauh  dari kesempurnaan baik itu dari segi penyajian maupun dari segi  penyusunannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun dan perbaikan  penyusunan makalah ini atau laporan-laporan lainnya yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat, khusus bagi penulis dan umumnya bagi semua pembaca. Amin.


Batam, 12 November 2012

                                                                                                                                         Penulis






DAFTAR ISI
JUDUL   ……………………………………………………………………………………………………………………………………………1
ABSTRAK………………………………………………………………………………………………………………………………………….2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………..3
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………….4
BAB  I    PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………………………………………………….6

1.2   Rumusan masalah…………………………………………………………………………………………………………………….7

1.3   Tujuan Penelitian................................................................................................................7

1.4   Kegunaan Penelitian...........................................................................................................8

BAB II    LANDASAN TEORI
2.1 Tanaman Jagung……………………………………………………………………………………………………………………….8
2.1.1 Deskripsi………………………………………………………………………………………………………………………………..8
2.1.2 Keanekaragaman…………………………………………………………………………………………………………………..9
2.1.3 Kandungan Gizi………………………………………………………………………………………………………………………10
2.1.4 Pemanfaatan…………………………………………………………………………………………………………………………11
2.2 Media  Tanaman………………………………………………………………………………………………………………………11
2.2.1 Media Tanam Tanah Liat………………………………………………………………………………………………………11
2.2.2 Media Tanam Pasir ………………………………………………………………………………………………………………11
2.2.3 Media Tanam Kapas………………………………………………………………………………………………………………12
2.3 Kajian dan Hasil Penelitian……………………………………………………………………………………………………….12
2.4 Hipotesa…………………………………………………………………………………………………………………………………..13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel dan definisi Operasional Variabel………………………………………………………………………………13
3.1.1 Variabel Bebas………………………………………………………………………………………………………………………13
3.1.2 Variabel Kontrol……………………………………………………………………………………………………………………13
3.1.3 Variabel terikat…………………………………………………………………………………………………………………….14
3.2 Rancangan Penelitian………………………………………………………………………………………………………………14
3.3 Instrumen Penelitian……………………………………………………………………………………………………………….14
3.3.1 Alat……………………………………………………………………………………………………………………………………….14
3.3.2 Bahan……………………………………………………………………………………………………………………………………15
3.4 Sasaran Penelitian……………………………………………………………………………………………………………………15
3.4.1 Populasi…………………………………………………………………………………………………………………………………15
3.4.2 Sampel………………………………………………………………………………………………………………………………….15
3.5 Prosedur Pelaksanaan penelitian……………………………………………………………………………………………15
3.6 Teknik pengolahan dan Analisis Data………………………………………………………………………………………16
3.7 Jadwal Penelitian…………………………………………………………………………………………………………………….16
3.7.1  waktu  penelitian…………………………………………………………………………………………………………………16
3.7.2  Tempat Penelitian……………………………………………………………………………………………………………….16
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Data…………………………………………………………………………………………………………………………17
4.2 Pengujian Hipotesis…………………………………………………………………………………………………………………18
4.3 Pembahasan……………………………………………………………………………………………………………………………18
4.3.1 Data hasil Penelitian…………………………………………………………………………………………………………….19
BAB V  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………….20
5.2 Saran………………………………………………………………………………………………………………………………………20
DAFTAR  PUSTAKA……………………………………………………………………………………..................................21
DAFTAR LAMPIRAN (gambar  benih & tanaman jagung)...........................................................22

                                                                   BAB  I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Begod Sudjadi (2006) memberikan penjelasan tentang perkecambahan, yaitu :

Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula.

Istamar Syamsuri (2004) memberikan penjelasan tentang perkecambahan, yaitu :

Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi akar.

Salisbury (1985) memberikan penjelasan tentang perkecambahan, yaitu :

Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang ke luar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan pemunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis.

Menurut para tokoh :

Perkecambahan biji merupakan bentuk awal embrio yang berkembang menjadi sesuatu yang baru yaitu tanaman anakan yang sempurna menurut Baker, 1950. Sedangkan, menurut Kramer dan Kozlowski, 1979, perkecambahan biji adalah proses tumbuhnya embrio atau keluarnya redicle dan plumulae dari kulit biji.

        Dalam perkecambahan biji selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan.Arti dari pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangatlah beda. Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi  (bahan dasar) yang bersifat  irreversible(tidak dapat kembali dalam keadaan semula). Sedangkan perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat diukur dan bersifat kualitatif. Pertumbuhan dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah keluar dan tumbuh.

        Pertumbuhan dan perkembangan biji akan selalu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibedakan menjadi 2 yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal  adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan yang terdiri atas faktor intrasel (di dalam sel) yang meliputi gen, dan faktor intersel (sela-sela sel) yang meliputi hormon. Yang kedua adalah faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan atau faktor eksternal yang mencakup cahaya/sinar matahari, suhu/temperature, kelembaban udara, nutrisi, kadar air,oksigen atau karbondioksida, pH atau sederajat keasaman, kepadatan populasi, dan media tanam tumbuhan.

        Media tanam merupakan salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan dan  perkembangan tanaman. Penggunaan media tanam yang tepat akan menentukan pertumbuhan bibit yang ditanam. Tidak hanya kegunaannya saja tapi pengaruhnya terhadap perkecambahan suatu biji. Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena setiap media tanam mengandung unsur-unsur dan struktur yang berbeda-beda.

        Media tanam merupakan media/tempat dimana tanaman/biji dapat tumbuh dan berkembang di dalamnya. Contohnya seperti tanah,air,kapas,pasir, dan sejenis lainnya. Saat ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan,tanah selalu menjadi media tanam bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan penelitian, siswa-siswi selalu memakai  kapas untuk perkecambahan biji mereka, sedangkan media tanam yang menggunakan air biasanya dikhususkan untuk tumbuhan hidroponik. Media tanam itu berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan semua tanaman termasuk pertumbuhan tanaman jagung.

        Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis bermaksud membahas lebih lanjut dalam sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jagung”.

1.2 Rumusan Masalah
        Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.2.1          Bagaimanakah pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam tanah liat ?
1.2.2          Bagaimanakah pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam pasir ?
1.2.3          Bagaimanakah pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam kapas ?
1.3 Tujuan Penelitan
        Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1.3.1          Memaparkan hasil  penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam tanah liat.
1.3.2          Memaparkan hasil penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam pasir.
1.3.3          Memaparkan hasil penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam kapas.

1.4 Kegunaan Penelitian
        Sebagai sumber informasi bagi sebagian orang yang belum mengetahui pengaruh media tanam bagi tumbuhan jagung.
        Sebagai sumber informasi dalam pengembangan teknologi pertanian, dan juga untuk memberi informasi pembaca atau petani tentang ciri-ciri media tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung.





BAB II
LANDASAN TEORI

2.1     Tanaman Jagung
2.1.1  Deskripsi
        Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
        Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
        Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga betina jagung berupa “tongkol” yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan “rambut”. Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
        Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
        Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yangmuncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat  ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
        Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh dibagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, diantara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada betinanya (protandri).
        Taksonomi jagung adalah :
Kingdom              : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio                   : Spermatophita (tumbuhan berbiji)
Sub diviso            : Angiospermae (biji tertutup)
Classis                   : Monocotyledone (keping satu)
Ordo                      : Graminae (rumpt-rumputan)
Familia                  : Graminaceal
Genus                   :Zea
Species                 : Zea Mays L
2.1.2  Keanekaragaman
        Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe bulir.  Kiri atas adalah jagung gigi-kuda, dikiri latar depan adalah podcorn, sisanya adalah jagung tipe mutiara. Jagung yang dibudiayakan memiliki sifat bulir/biji yang bermacam-macam. Di dunia terdaapat enam kelompok kultivar jagung yang dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang membentuk bulirnya :
1.Indentata  (Dent,”gigi-kuda”)
2. Indurata (Flint,”mutiara”)
3. Saccharata (Sweet,”manis”)
4.Everta (Popcorn,”berondong”)
5. Amylacea (Flour corn,”tepung”)
6. Glutinusa ( Sticky corn,”ketan”)
7. Tunicata (Podcorn, merupakan kultivar yang paling primitif dan anggota subspecies yang berbeda dari jagung budidaya lainnya).

        Dipandang dari bagaimana suatu kultivar (“varietas”) jagung dibuat dikenal berbagai tipe kultivar :
1.Galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
2.Komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul.
3.Sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam.
4.Hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua,tiga,atau empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.
        Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron),mulai dari putih,kuning,jingga,merah darah,ungu,hingga ungu kehitaman. Satu tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda,karena setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.
2.1.3  Kandungan Gizi
        Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbihidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi,tetapi lebih dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahuimengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan  gizi jagung per  100 gram bahan adalah :
·         Kalori                     :355 kalori
·         Protein                                 :9,2  gr
·         Lemak                   :3,9  gr
·         Karbohidrat        : 73,7 gr
·         Kalsium                : 10 mg
·         Fosfor                   :256 mg
·         Ferrum                                 :2,4 mg
·         Vitamin A            :510 SI
·         Vitamin B1          : 0,38 mg
·         Air                          :12 gr

        Dan bagian yang dapat dimakan 90 %. Untuk  ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namun mempunyai kandungan protein yang lebih banyak.


2.1.4 Pemanfaatan
        Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energy alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing computer yang siap dipasarkan.
2.2    Media Tanam
2.2.1 Media Tanam Tanah Liat
        Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori-pori berukuran kecil (pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran besar (pori-pori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat. Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan sirkulasi air atau udara menjadi lamban.
        Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara. Penggunaan tanah liat yang dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti pasir dan humus sangat cocok dijadikan sebagai mediaa penyemaian, cangkok,dan bonsai.
2.2.2  Media Tanam Pasir
        Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya stek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
        Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
        Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan  organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.
        Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir  yang harus dihindari untuk gunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu,organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan(nekrosis).
2.2.3  Media Tanam Kapas
        Kapas memiliki struktur  yang lembut, dan juga memiliki daya serap air yang rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama.
2.3     Kajian dan hasil penelitian
        Setiap media tanam selalu memiliki daya intermolekul (tenaga listrik pada molekul-molekul media tumbuh) yang berbeda-beda. Apabila, molekul-molekulnya rapat maka air akan sulit diresap oleh biji tersebut. Sedangkan, apabila molekul-molekulnya renggang maka air akan mudah diserap oleh biji tersebut. Jadi, daya intermolekul itu berbanding terbalik dengan kecepatan air. Sehingga perkecambahan dapat terpengaruh oleh daya intermolekul suatu media tanam.
        Selanjutnya, setiap media tanam selalu memiliki tekstur  yang  berbeda-beda. Apabila, media tanam  tersebut  bertekstur  pasir  maka media itu mudah untuk diolah, media jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara ) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan komulatif  yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah dan media tersebut  lebih cepat kering. Yang  kemudian , kecambah biji akan sulit bertumbuh karena kekurangan air.
         Tidak hanya tekstur daya intermelekul yang dapat mempengaruhi perkecambahan, tetapi juga kandungan-kandungan unsur yang ada dalam media tanam tersebut. Kandungan unsur-unsur itu ada yang dapat mempercepat pertumbuhan dan juga memperhambat pertumbuhan . Tapi kebanyakan unsur-unsurnya dapat membantu biji dalam perkecambahan.

2.4.   Hipotesis
        Rumusan hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa jenis media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji jagung. Hipotesis ini di sebut  juga hipotesis alternatif, hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh veriabel bebas terhadap variable terikat .




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Variabel dan Definisi Operasional variabel
        Variabel merupakan faktor yang berpengaruh dan memiliki nilai (ukuran tertentu) serta dapat berubah atau diubah. Oleh karena itu, variabel sering disebut faktor  ubah atau faktor penentu. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada 3 macam, yaitu sebagai berikut :
3.1.1 Variabel Bebas
        Faktor yang dibuat beda. Media tanam untuk perkecambahan biji jagung :
·         Media Tanam Tanah Liat
·         Media Tanam Pasir
·         Media Tanam Kapas
3.1.2  Variabel Kontrol
        Faktor yang dibuat sama :
·         Jenis biji jagung
·         Air
·         Tempat untuk media tanam (gelas plastik)
·         Waktu penelitian
3.1.3  Variabel Terikat/Respon
Variabel  Terikat / Respon merupakanfaktor yang di amati. Faktor yang di amati pada penelitian ini adalah kecepatan tumbuh perkecambahan biji jagung.
Dalam sebuah penelitian, tidak hanya variabel  yang ditentukan tetapi operasional variabel juga.Operasional variabel ini berguna sebagai penjelasan bagaimana variabel tersebut di ukur atau di bedakan. Operasional variabel  yang dijelaskan dalam penelitian ini ada 2 macam, yakni :
·         Operasional variabel bebas
Media tanam untuk perkecambahan dibedakan dengan cara melihat struktur /tingkat peresapan air media tersebut pada tiap tempat.
·         Operasional variable terikat /Respon
Kecepatan perkecambahan diukur dengan melihat tinggi kecambah tersebut dalam per hari.


3.2  Rancangan Penelitian

        Rancangan penelitian menggambarkan bagaimana hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, rancangannya adalah sebagai berikut :
·         Kelompok 1        : Perlakuan  disimpan di media tanah liat
·         Kelompok 2        : Perlakuan disimpan di media pasir
·         Kelompok 3        : Perlakuan disimpan di media kapas
Keterangan :
Tiap kelompok terdiri dari 8 biji Jagung, dan masing-masing ditempatkan dalam gelas plastik yang terpisah.
3.3 Instrumen Penelitian
3.3.1 Alat
·         3 buah gelas plastik
·         Alat siram
·         Alat tulis
·         Penggaris
·         Skrop
·         Stopwatch/jam

3.3.2  Bahan
·         24 biji jagung
·         Tanah liat
·         Pasir
·         Kapas
·         Air
3.4  Sasaran Penelitian
3.4.1 Populasi
        Populasi adalah seluruh kelompok objek penelitian atau kelompok subjek di mana kesimpulan akan digeneralisasikan. Dalam penelitian ini, populasi adalah semua jenis biji jagung.



3.4.2  Sampel
        Sampel adalah bagian anggota populasi yang mewakili populasi. Pada penelitian ini, jenis biji jagung yang dipakai adalah biji jagung manis ( sweet corn). Jadi, jumlah sampel penelitian adalah 3 X 8 biji jagung manis (sweet corn).



3.5 Prosedur pelaksanaan penelitian
        Berikut         ini adalah prosedur penelitian pengaruh media tanam untuk biji jagung terhadap kecepatan perkecambahan.
1.       Rendam biji jagung dengan air selama kurang lebih 24 jam.
2.       Siapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan
3.       Masukkan tanah ke gelas plastik 1, pasir ke gelas plastik 2, dan kapas ke gelas plastik 3,volume dari ketiganya harus berjumlah sama, kurang lebih seperempat bagian.
4.       Masukkan air kedalam 3 gelas pada setiap media tanam dengan volume yang sama.
5.       Tanam 8 biji jagung ke dalam setiap gelas plastik yang berisi tanah, pasir, dan kapas.
6.       Amati perkecambahan biji dengan interval 24 jam atau sehari sekali.
7.       Catat hasil pengamatan ke dalam tabel  pengamatan.


3.6 Teknik pengolahan dan analisis data
        Analisis data adalah cara mengolah data hasil penelitian sehingga membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Pada penelitian ini, analisis data yang dapat dilakukan adalah :
1.       Mencari nilai rata-rata kecepatan perkecambahan biji jagung pada tiap perlakuan.
2.       Membandingkan hasil antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain.
3.7  Waktu dan tempat penelitian
3.7.1  Waktu
        Penelitian perkecambahan jagung ini dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 1989 sampai dengan 5 November 1989.
3.7.2  Tempat penelitian
        Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Teknologi Menengah Negeri  Kimia Bandung yang beralamat di Jalan Buah Batu nomer 212  Bandung, Jawa Barat.








BAB IV
HASIL PENELITIAN


4.1 Deskripsi data
        Dalam setiap media tanam, terdapat daya intermolekul :
·         Merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah / media tumbuh (makin rapat molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji).
·         Berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air.
        Hal ini menyebabkan biji jagung akan sulit untuk berkecambah di media tanah.
Juga, terdapat tekstur yang berbeda-beda :
1.       Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering.
Tabel perbandingan hara yang terdapat dalam jenis tekstur tanah :
Jenis tekstur
P
K
Ca
Fe2O3
MgO
Pasir
0,08
2,53
2,92
5,19
1,02
Debu
0,10
3,44
6,58
9,42
2,22
Tanah liat
0,20
4,20
5,73
17,10
1,77

2.       Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan lewat tanah, pemupukan pada tanah bertekstur  pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat, tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukan juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.
3.       Sedangkan, kapas memiliki struktur yang lembut, dan juga memiliki daya serap air yang rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama.


4.2 Pengujian Hipotesis
                Penelitian mengenai pengaruh media tanam terhadap suatu perkecambahan ini, dapat diketahui bahwa daya intermolekul dan tekstur setiap media tanam berbeda. Hal itulah yang membuat pengaruh terhadap perkecambahan. Jadi, rumusan hipotesis diterima karena sesuai dengan hasil penelitian.
                Hipotesis mengatakan bahwa berbagai media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji jagung. Dalam menguji hipotesis, kita bisa melakukan pengamatan terhadap media tanam yang dipakai beberapa orang. Contoh, siswa dan insinyur pertanian. Kebanyakan siswa memilih kapas sebagai media tanam untuk penelitian kecambahanya. Sedangkan insiyur pertanian kebanyakan memeran pentingkan tanah dalam pertaniannya. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara media tanah dan kapas yang kemudian mempengaruhi suatu perkecambahan, sehingga hipotesis ini dapat berlaku di kemudian hari.




4.3  Pembahasan
        Setelah diteliti, ternyata perkecambahan biji jagung lebih cepat di media pasir.
Alasannya :
·         Daya intermolekul yang dimiliki oleh tanah liat kecil. Molekul-molekulnya yang rapat dapat membuat air sulit diserap oleh biji, tetapi tanah liat yang digunakan peneliti mengandung unsur hara yang dapat membantu percepatan pertumbuhan kecambah.
·         Kapas memiliki molekul-molekul yang renggang sehingga biji jagung dapat menyerap air dengan mudah, tetapi di karenakan kapas yang peneliti gunakan merupakan kapas yang teksturnya  berserat, maka menghambat ruang gerak pertumbuhan akar kecambahan ,yang menyebabkan pertumbuhan jagung sangat lambat.
·         Tanah bertekstur pasir sangat mudah di olah, media ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik,memiliki luas permukaan kumulatif  yang relatif kecil, sehingga kemampuan akar kecambah menembus tanah bertekstur pasir sangat mudah dan meyebabkan pertumbuhan kecambah sangat cepat.
Setiap media yang berbeda pasti selalu memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap suatu perkecambahan. Karena, setiap media tanam pasti memiliki daya intermolekul, tekstur, unsur, dan yang lainnya berbeda-beda.


4.3.1      Data Hasil Penelitian
        Dalam  penelitian ini, biji dengan media pasir lebih cepat daripada dengan media tanah liat dan media kapas. Berikut ini adalah pengukuran pertumbuhan biji jagung selama jangka waktu 5 hari.

Hari ke-
Tinggi pertumbuhan batang (dalam cm)
1
2
3
Tanah Liat
Pasir
Kapas
1
1,5
0,7
0
2
2,5
5
3,5
3
5
7,5
4,2
4
7,5
10
5,6
5
10
13
7
Rata –rata
5,3
7,24
4,06

















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
         Media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji jagung.Mulai dari daya intermolekul,tekstur media tersebut dan lain-lain.Apa bila media tanam memiliki daya intermolekul yang kecil maka kecepatan perkecambahan juga akan lambat dikarenakan biji sulit dalam menyerap air,sedangkan apabila daya intermolekul besar maka sebaliknya. Dilihat dari tekstur,apabila media tanam memiliki tekstur sangat berserat atau pori – porinya sangat rapat seperti kapas, maka akar akan sulit menembus atau sulit mendapat ruang gerak. Bila menggunakan media tanam pasir, akar tanaman akan mudah mendapat ruang gerak, mudah menembus pori-pori karena pasir mempunyai rongga udara yang baik dan mempunyai daya serap air yang baik, sehingga perkecambahan biji jagung mengalami pertumbuhan yang cepat.


5.2 Saran
        Pembaca disarankan dapat melanjutkan penelitian ini sebagai perbandingan untuk penelitian yang lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan penanaman biji jagung. Perkembangan Ilmu Biologi bergantung pada kepedulian kita terhadap hal-hal baru dalam pengetahuan alam.







DAFTAR PUSTAKA


Badri, Rohman,Penelitian Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jagung,( Biologi Umum dan Mikrobiologi Industri), Sekolah Teknologi Menengah Negeri Kimia,Bandung,1989 .
*Budidaya Jagung Manis*, http://mitra-petani.blogspot.com/2012/11/budidaya-jagung-manis.html, diakses pada jumat,9 November 2012.
Justice.Oren L,Bass.Louis N,Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih,Jakarta:Raja Grafindo Perkasa.http://ditjembun.deptan.go.id/.diakses pada jumat,9 November 2012.
http://www.kebonkembang.com/,diakses pada jumat,9 November 2012.
Kartasapoetra,Ance G, Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum),Jakarta:Rineka Cipta,2003.
Pratiwi, D.A, S. Maryati, Srikini, Suharto & Bambang S. , BIOLOGI untuk SMA kelas X, Jakarta: Penerbit  Erlangga,2007.
Subandi dan Kusneni,Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman,2007.
Subardi,Nuryani, Shiddiq Pramono,BIOLOGI untuk SMA dan MA Kelas XII,Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,2007.
Susila ,A.D , Panduan Budidaya Tanaman Sayuran, Bogor : Departemem Agronomi dan Holtikutura, Fakultas Pertanian IPB,2006.