PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN JAGUNG
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Biologi Umum
Dosen Mata Kuliah
Drs.Subroto
Disusun oleh :
BADRI ROHMAN
NPM 12.05.0.001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
TAHUN 2012
MAKALAH
PENGARUH MEDIA
TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN JAGUNG
Oleh :
BADRI ROHMAN
NPM 12.05.0.001
Diajukan
Untuk memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Biologi Umum
Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
Kepulauan
Diterima dan
disetujui
Pada tanggal : 16 November 2012
Dosen pembimbing
Nama Tanda
Tangan Drs.Subroto ....................
ABSTRAK
Penelitian berjudul “Pengaruh Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Jagung” bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian perumbuhan
tanaman jagung yang menggunakan media tanaman tanah liat, media tanaman pasir
dan media tanaman kapas.
Jenis penelitian ini
adalah observasi dan eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan variable bebas, variable control, dan variable terikat/respon.
Variabel bebas meliputi media
tanam yaitu media tanam tanah liat, media tanam pasir, dan media tanam kapas.
Variabel control meliputi jenis biji jagung,air,tempat untuk media tanam (gelas
plastik), waktu penelitian. Variabel terikat meliputi faktor yang diamati pada penelitian ini
adalah kecepatan tumbuh perkecambahan biji jagung. Teknik pengolahan dan
analisis data mencari nilai rata-rata kecepatan perkecambahan biji jagung pada
tiap perlakuan dan membandingkan hasil antara satu perlakuan dengan perlakuan
yang lain. Penelitian dilakukan selama 5 hari.
Pertumbuhan biji
jagung dengan menggunakan media tanah liat pada hari pertama 1,5 cm, hari kedua
2,5 cm, hari ketiga 5 cm, hari keempat 7,5 cm, hari kelima 10 cm. Pertumbuhan
biji jagung dengan menggunakan media
pasir pada hari pertama 0,7 cm, hari kedua 5 cm, hari ketiga 7,5 cm, hari
keempat 10 cm, hari kelima 13 cm. Pertumbuhan biji jagung degan menggunakan media kapas pada
hari pertama tidak tampak, hari kedua 3,5 cm, hari ketiga 4,2 cm, hari keempat
5,6 cm, hari kelima 7 cm.
Dari ketiga media
tanam yang digunakn, media tanam pasirlah yang lebih cepat menumbuhkan biji
jagung. Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, media ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan
kumulatif yang relatif kecil,
sehingga kemampuan akar kecambah menembus tanah bertekstur pasir sangat mudah
dan menyebabkan pertumbuhan kecambah sangat cepat.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
serta nikmat iman dan islam kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya
hingga akhir zaman.
Pada kesempatan yang
baik ini tidak lupa penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Istri dan anak yang selalu mendukung saya
2. Kepada Bapak Drs. Subroto
selaku Dosen mata kuliah Biologi Umum
3. Kepada semua pihak yang telah membantu, baik dari
segi materi, pengetahuan,maupun materil hingga selesainya penyusunan makalah
ini.
Makalah yang berjudul
“Pengaruh Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Jagung” yang disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Umum pada Prorgam Studi
pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik itu dari segi penyajian
maupun dari segi penyusunannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
sifatnya membangun dan perbaikan
penyusunan makalah ini atau laporan-laporan lainnya yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat,
khusus bagi penulis dan umumnya bagi semua pembaca. Amin.
Batam, 12 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………………………………………………………………………………1
ABSTRAK………………………………………………………………………………………………………………………………………….2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………..3
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………….4
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………………………………………………….6
1.2
Rumusan masalah…………………………………………………………………………………………………………………….7
1.3
Tujuan
Penelitian................................................................................................................7
1.4
Kegunaan
Penelitian...........................................................................................................8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tanaman
Jagung……………………………………………………………………………………………………………………….8
2.1.1
Deskripsi………………………………………………………………………………………………………………………………..8
2.1.2
Keanekaragaman…………………………………………………………………………………………………………………..9
2.1.3 Kandungan Gizi………………………………………………………………………………………………………………………10
2.1.4
Pemanfaatan…………………………………………………………………………………………………………………………11
2.2 Media
Tanaman………………………………………………………………………………………………………………………11
2.2.1 Media Tanam Tanah
Liat………………………………………………………………………………………………………11
2.2.2 Media Tanam Pasir
………………………………………………………………………………………………………………11
2.2.3 Media Tanam Kapas………………………………………………………………………………………………………………12
2.3 Kajian dan Hasil
Penelitian……………………………………………………………………………………………………….12
2.4 Hipotesa…………………………………………………………………………………………………………………………………..13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel dan definisi
Operasional Variabel………………………………………………………………………………13
3.1.1 Variabel
Bebas………………………………………………………………………………………………………………………13
3.1.2 Variabel
Kontrol……………………………………………………………………………………………………………………13
3.1.3 Variabel
terikat…………………………………………………………………………………………………………………….14
3.2 Rancangan
Penelitian………………………………………………………………………………………………………………14
3.3 Instrumen
Penelitian……………………………………………………………………………………………………………….14
3.3.1
Alat……………………………………………………………………………………………………………………………………….14
3.3.2
Bahan……………………………………………………………………………………………………………………………………15
3.4 Sasaran
Penelitian……………………………………………………………………………………………………………………15
3.4.1
Populasi…………………………………………………………………………………………………………………………………15
3.4.2
Sampel………………………………………………………………………………………………………………………………….15
3.5 Prosedur Pelaksanaan penelitian……………………………………………………………………………………………15
3.6 Teknik pengolahan dan
Analisis Data………………………………………………………………………………………16
3.7 Jadwal
Penelitian…………………………………………………………………………………………………………………….16
3.7.1 waktu
penelitian…………………………………………………………………………………………………………………16
3.7.2 Tempat Penelitian……………………………………………………………………………………………………………….16
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi
Data…………………………………………………………………………………………………………………………17
4.2 Pengujian
Hipotesis…………………………………………………………………………………………………………………18
4.3
Pembahasan……………………………………………………………………………………………………………………………18
4.3.1 Data hasil
Penelitian…………………………………………………………………………………………………………….19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………….20
5.2
Saran………………………………………………………………………………………………………………………………………20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………..................................21
DAFTAR LAMPIRAN (gambar benih &
tanaman jagung)...........................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkecambahan
merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji.
Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman
mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi
tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Begod Sudjadi
(2006) memberikan penjelasan tentang perkecambahan, yaitu :
Perkecambahan adalah
proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan
untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah
bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula.
Istamar Syamsuri
(2004) memberikan penjelasan tentang perkecambahan, yaitu :
Perkecambahan
merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini
adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat
perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Salisbury (1985)
memberikan penjelasan tentang perkecambahan, yaitu :
Perkecambahan
merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang ke luar
menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan pemunculan radikula
tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai
proses perkecambahan fisiologis.
Menurut para
tokoh :
Perkecambahan
biji merupakan bentuk awal embrio yang berkembang menjadi sesuatu yang baru
yaitu tanaman anakan yang sempurna menurut Baker, 1950. Sedangkan, menurut
Kramer dan Kozlowski, 1979, perkecambahan biji adalah proses tumbuhnya embrio
atau keluarnya redicle dan plumulae dari kulit biji.
Dalam
perkecambahan biji selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan.Arti dari pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangatlah beda. Pertumbuhan
adalah proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi (bahan dasar) yang bersifat irreversible(tidak dapat kembali dalam
keadaan semula). Sedangkan perkembangan adalah proses menuju tercapainya
kedewasaan yang tidak dapat diukur dan bersifat kualitatif. Pertumbuhan dalam
suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah keluar
dan tumbuh.
Pertumbuhan
dan perkembangan biji akan selalu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dapat
dibedakan menjadi 2 yakni faktor
internal dan eksternal. Faktor internal
adalah faktor yang
berasal dari dalam tubuh tumbuhan yang terdiri atas faktor intrasel (di dalam sel) yang meliputi
gen, dan faktor intersel
(sela-sela sel) yang meliputi hormon. Yang kedua adalah faktor yang berasal dari
luar tubuh tumbuhan atau faktor
eksternal yang mencakup cahaya/sinar matahari, suhu/temperature, kelembaban
udara, nutrisi, kadar air,oksigen atau karbondioksida, pH atau sederajat
keasaman, kepadatan populasi, dan media tanam tumbuhan.
Media
tanam merupakan salah satu faktor
yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Penggunaan media tanam yang tepat akan menentukan
pertumbuhan bibit yang ditanam. Tidak hanya kegunaannya saja tapi pengaruhnya
terhadap perkecambahan suatu biji. Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena
setiap media tanam mengandung unsur-unsur dan struktur yang berbeda-beda.
Media
tanam merupakan media/tempat dimana tanaman/biji dapat tumbuh dan berkembang di
dalamnya. Contohnya seperti tanah,air,kapas,pasir, dan sejenis lainnya. Saat
ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan,tanah selalu menjadi media
tanam bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan penelitian,
siswa-siswi selalu memakai kapas untuk
perkecambahan biji mereka, sedangkan media tanam yang menggunakan air biasanya
dikhususkan untuk tumbuhan hidroponik. Media tanam itu berpengaruh terhadap
kecepatan perkecambahan semua tanaman termasuk pertumbuhan tanaman jagung.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka penulis bermaksud membahas lebih lanjut
dalam sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Jagung”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan. Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.2.1
Bagaimanakah pertumbuhan tanaman jagung yang
menggunakan media tanam tanah liat ?
1.2.2
Bagaimanakah pertumbuhan tanaman jagung yang
menggunakan media tanam pasir ?
1.2.3
Bagaimanakah pertumbuhan tanaman jagung yang
menggunakan media tanam kapas ?
1.3 Tujuan Penelitan
Sesuai
dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1.3.1
Memaparkan hasil
penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam tanah
liat.
1.3.2
Memaparkan hasil penelitian pertumbuhan tanaman
jagung yang menggunakan media tanam pasir.
1.3.3
Memaparkan hasil penelitian pertumbuhan tanaman
jagung yang menggunakan media tanam kapas.
1.4 Kegunaan Penelitian
Sebagai
sumber informasi bagi sebagian orang yang belum mengetahui pengaruh media tanam bagi tumbuhan jagung.
Sebagai
sumber informasi dalam pengembangan teknologi pertanian, dan juga untuk memberi informasi pembaca atau petani
tentang ciri-ciri media tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tanaman Jagung
2.1.1 Deskripsi
Jagung merupakan
tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan
generatif.
Tinggi tanaman jagung
sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m
sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. tinggi tanaman biasa diukur
dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Meskipun beberapa
varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga
betina jagung berupa “tongkol” yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan
“rambut”. Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut
yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran
2m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak
dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau
gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yangmuncul
dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun
jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar
dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut.
Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae.
Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini
berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan
bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi
oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh dibagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan
beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku,
diantara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina.
Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif,
dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari
lebih dini daripada betinanya (protandri).
Taksonomi jagung
adalah :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophita (tumbuhan berbiji)
Sub diviso : Angiospermae (biji tertutup)
Classis : Monocotyledone (keping satu)
Ordo : Graminae (rumpt-rumputan)
Familia : Graminaceal
Genus :Zea
Species : Zea Mays L
2.1.2 Keanekaragaman
Jagung dikelompokkan
berdasarkan tipe bulir. Kiri atas adalah
jagung gigi-kuda, dikiri latar depan adalah podcorn, sisanya adalah jagung tipe
mutiara. Jagung yang dibudiayakan memiliki sifat bulir/biji yang
bermacam-macam. Di dunia terdaapat enam kelompok kultivar jagung yang dikenal
hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang membentuk bulirnya :
1.Indentata (Dent,”gigi-kuda”)
2. Indurata (Flint,”mutiara”)
3. Saccharata (Sweet,”manis”)
4.Everta (Popcorn,”berondong”)
5. Amylacea (Flour corn,”tepung”)
6. Glutinusa ( Sticky
corn,”ketan”)
7. Tunicata (Podcorn, merupakan
kultivar yang paling primitif
dan anggota subspecies yang berbeda dari jagung budidaya lainnya).
Dipandang dari
bagaimana suatu kultivar (“varietas”) jagung dibuat dikenal berbagai tipe
kultivar :
1.Galur murni, merupakan hasil
seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
2.Komposit, dibuat dari campuran
beberapa populasi jagung unggul yang
diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul.
3.Sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki
keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam.
4.Hibrida, merupakan keturunan
langsung (F1) dari persilangan dua,tiga,atau empat galur yang diketahui
menghasilkan efek heterosis.
Warna bulir jagung
ditentukan oleh warna
endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron),mulai dari
putih,kuning,jingga,merah darah,ungu,hingga ungu kehitaman. Satu tongkol jagung
dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda,karena setiap
bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.
2.1.3 Kandungan Gizi
Biji jagung kaya akan
karbohidrat. Sebagian besar berada
pada endospermium. Kandungan karbihidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan
kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan
amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan
amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi,tetapi
lebih dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahuimengandung
amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan gizi jagung per 100 gram bahan adalah :
·
Kalori :355
kalori
·
Protein :9,2 gr
·
Lemak :3,9 gr
·
Karbohidrat :
73,7 gr
·
Kalsium :
10 mg
·
Fosfor :256
mg
·
Ferrum :2,4
mg
·
Vitamin A :510
SI
·
Vitamin B1 :
0,38 mg
·
Air :12
gr
Dan
bagian yang dapat dimakan 90 %. Untuk
ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang
lebih rendah, namun mempunyai kandungan protein yang lebih banyak.
2.1.4 Pemanfaatan
Selain sebagai bahan
pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber
energy alternatif. Lebih dari
itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran
pengganti fungsi utama plastik.
Salah satu perusahan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing
computer yang siap dipasarkan.
2.2 Media Tanam
2.2.1 Media Tanam Tanah Liat
Tanah liat merupakan
jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket atau berlumpur.
Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori-pori berukuran kecil
(pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran besar
(pori-pori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat.
Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara.
Sementara pori-pori makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air
gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat
sempit sehingga menyebabkan sirkulasi air atau udara menjadi lamban.
Pada dasarnya, tanah
liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan-bahan
lain yang kaya akan unsur hara. Penggunaan tanah liat yang dikombinasikan
dengan bahan-bahan lain seperti pasir dan humus sangat cocok dijadikan sebagai mediaa penyemaian, cangkok,dan bonsai.
2.2.2 Media Tanam
Pasir
Pasir sering digunakan
sebagai media tanam alternatif
untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai
jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman,
dan perakaran setek batang
tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur
untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya stek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir
adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta
drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan jenis pasir
yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki
pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan
cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap
proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau
angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan
yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan
sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir
sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain,
seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.
Pasir pantai atau semua pasir
yang berasal dari daerah bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk gunakan sebagai
media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar
garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi merana.
Selain itu,organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan
gejala terbakar yang selanjutnya
mengakibatkan kematian jaringan(nekrosis).
2.2.3 Media Tanam
Kapas
Kapas memiliki
struktur yang lembut, dan juga memiliki
daya serap air yang rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga
kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air dalam jangka
waktu yang lama.
2.3 Kajian dan
hasil penelitian
Setiap media tanam
selalu memiliki daya intermolekul (tenaga listrik pada molekul-molekul media
tumbuh) yang berbeda-beda. Apabila, molekul-molekulnya rapat maka air akan
sulit diresap oleh biji tersebut. Sedangkan, apabila molekul-molekulnya
renggang maka air akan mudah diserap oleh biji tersebut. Jadi, daya
intermolekul itu berbanding terbalik dengan kecepatan air. Sehingga
perkecambahan dapat terpengaruh oleh daya intermolekul suatu media tanam.
Selanjutnya, setiap
media tanam selalu memiliki tekstur
yang berbeda-beda. Apabila, media
tanam tersebut bertekstur
pasir maka media itu mudah untuk
diolah, media jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara ) dan
drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan komulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah dan media
tersebut lebih cepat kering. Yang kemudian , kecambah biji akan sulit bertumbuh
karena kekurangan air.
Tidak hanya tekstur
daya intermelekul yang dapat mempengaruhi perkecambahan, tetapi juga
kandungan-kandungan unsur yang ada dalam media tanam tersebut. Kandungan unsur-unsur
itu ada yang dapat mempercepat pertumbuhan dan juga memperhambat pertumbuhan . Tapi kebanyakan
unsur-unsurnya dapat membantu biji dalam perkecambahan.
2.4. Hipotesis
Rumusan hipotesis dari
penelitian ini adalah bahwa jenis media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan
perkecambahan biji jagung. Hipotesis ini di sebut juga hipotesis alternatif, hipotesis yang menyatakan adanya
pengaruh veriabel bebas terhadap variable terikat .
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel dan Definisi Operasional variabel
Variabel merupakan faktor yang berpengaruh dan memiliki nilai
(ukuran tertentu) serta dapat berubah atau diubah. Oleh karena itu, variabel sering disebut faktor ubah atau faktor penentu. Variabel yang
dilibatkan dalam penelitian
ini ada 3 macam, yaitu sebagai berikut :
3.1.1 Variabel Bebas
Faktor yang dibuat beda. Media tanam untuk
perkecambahan biji jagung :
·
Media
Tanam Tanah Liat
·
Media Tanam Pasir
·
Media Tanam Kapas
3.1.2 Variabel Kontrol
Faktor yang dibuat
sama :
·
Jenis biji jagung
·
Air
·
Tempat untuk media tanam (gelas plastik)
·
Waktu penelitian
3.1.3 Variabel
Terikat/Respon
Variabel Terikat / Respon merupakanfaktor yang di amati.
Faktor yang di amati pada
penelitian ini adalah kecepatan tumbuh perkecambahan biji jagung.
Dalam sebuah
penelitian, tidak hanya variabel yang
ditentukan tetapi operasional variabel juga.Operasional variabel ini berguna sebagai penjelasan bagaimana variabel tersebut di ukur atau di bedakan.
Operasional variabel yang dijelaskan dalam penelitian ini ada 2
macam, yakni :
·
Operasional variabel bebas
Media tanam untuk perkecambahan
dibedakan dengan cara melihat struktur /tingkat peresapan air media tersebut
pada tiap tempat.
·
Operasional variable terikat /Respon
Kecepatan perkecambahan diukur
dengan melihat tinggi kecambah tersebut dalam per hari.
3.2 Rancangan
Penelitian
Rancangan penelitian
menggambarkan bagaimana hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini, rancangannya adalah sebagai berikut :
·
Kelompok 1 :
Perlakuan disimpan di media tanah liat
·
Kelompok 2 :
Perlakuan disimpan di media pasir
·
Kelompok 3 :
Perlakuan disimpan di media kapas
Keterangan :
Tiap kelompok terdiri dari 8 biji
Jagung, dan masing-masing ditempatkan dalam gelas plastik yang terpisah.
3.3 Instrumen Penelitian
3.3.1 Alat
·
3 buah gelas plastik
·
Alat siram
·
Alat tulis
·
Penggaris
·
Skrop
·
Stopwatch/jam
3.3.2 Bahan
·
24 biji jagung
·
Tanah liat
·
Pasir
·
Kapas
·
Air
3.4 Sasaran Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi adalah
seluruh kelompok objek penelitian atau kelompok subjek di mana kesimpulan akan
digeneralisasikan. Dalam penelitian ini, populasi adalah semua jenis biji
jagung.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian
anggota populasi yang mewakili populasi. Pada penelitian ini, jenis biji jagung
yang dipakai adalah biji jagung manis ( sweet corn). Jadi, jumlah sampel
penelitian adalah 3 X 8 biji jagung manis (sweet corn).
3.5 Prosedur pelaksanaan penelitian
Berikut ini adalah prosedur penelitian pengaruh
media tanam untuk biji jagung terhadap kecepatan perkecambahan.
1. Rendam
biji jagung dengan air selama kurang lebih 24 jam.
2. Siapkan
alat-alat dan bahan yang diperlukan
3. Masukkan
tanah ke gelas plastik 1,
pasir ke gelas plastik 2, dan
kapas ke gelas plastik
3,volume dari ketiganya harus berjumlah sama, kurang lebih seperempat bagian.
4. Masukkan
air kedalam 3 gelas pada setiap media tanam dengan volume yang sama.
5. Tanam
8 biji jagung ke dalam setiap gelas plastik yang berisi tanah, pasir, dan kapas.
6. Amati
perkecambahan biji dengan interval 24 jam atau sehari sekali.
7. Catat
hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan.
3.6 Teknik pengolahan dan analisis data
Analisis data adalah
cara mengolah data hasil penelitian sehingga membuktikan kebenaran hipotesis
yang diajukan. Pada penelitian ini, analisis data yang dapat dilakukan adalah :
1.
Mencari nilai rata-rata kecepatan perkecambahan
biji jagung pada tiap perlakuan.
2.
Membandingkan hasil antara satu perlakuan dengan
perlakuan yang lain.
3.7 Waktu dan tempat
penelitian
3.7.1 Waktu
Penelitian
perkecambahan jagung ini dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 1989 sampai
dengan 5 November 1989.
3.7.2 Tempat
penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Teknologi Menengah
Negeri Kimia Bandung yang beralamat di Jalan
Buah Batu nomer 212 Bandung, Jawa Barat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi data
Dalam
setiap media tanam, terdapat daya intermolekul :
·
Merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul
tanah / media tumbuh (makin rapat molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji).
·
Berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan
air.
Hal
ini menyebabkan biji jagung akan sulit untuk berkecambah di media tanah.
Juga, terdapat tekstur yang
berbeda-beda :
1. Tanah
bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan
kumulatif yang relatif kecil,
sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat
kering.
Tabel
perbandingan hara yang terdapat dalam jenis tekstur tanah :
Jenis tekstur
|
P
|
K
|
Ca
|
Fe2O3
|
MgO
|
Pasir
|
0,08
|
2,53
|
2,92
|
5,19
|
1,02
|
Debu
|
0,10
|
3,44
|
6,58
|
9,42
|
2,22
|
Tanah liat
|
0,20
|
4,20
|
5,73
|
17,10
|
1,77
|
2. Tekstur
tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan
lewat tanah, pemupukan pada tanah bertekstur
pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat, tanah
bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia
pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukan juga berbeda
karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau
menguap.
3. Sedangkan,
kapas memiliki struktur yang lembut, dan juga memiliki daya serap air yang
rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, dan
juga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama.
4.2 Pengujian Hipotesis
Penelitian mengenai pengaruh
media tanam terhadap suatu perkecambahan ini, dapat diketahui bahwa daya
intermolekul dan tekstur setiap media tanam berbeda. Hal itulah yang membuat
pengaruh terhadap perkecambahan. Jadi, rumusan hipotesis diterima karena sesuai
dengan hasil penelitian.
Hipotesis mengatakan bahwa
berbagai media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji
jagung. Dalam menguji hipotesis, kita bisa melakukan pengamatan terhadap media tanam yang dipakai beberapa
orang. Contoh, siswa dan insinyur pertanian. Kebanyakan siswa memilih kapas
sebagai media tanam untuk penelitian kecambahanya. Sedangkan insiyur pertanian kebanyakan memeran pentingkan
tanah dalam pertaniannya. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara
media tanah dan kapas yang kemudian mempengaruhi suatu perkecambahan, sehingga
hipotesis ini dapat berlaku di kemudian hari.
4.3 Pembahasan
Setelah diteliti,
ternyata perkecambahan biji jagung lebih cepat di media pasir.
Alasannya :
·
Daya intermolekul yang dimiliki oleh tanah liat
kecil. Molekul-molekulnya yang rapat dapat membuat air sulit diserap oleh biji,
tetapi tanah liat yang digunakan peneliti mengandung unsur hara yang dapat
membantu percepatan pertumbuhan kecambah.
·
Kapas memiliki molekul-molekul yang renggang
sehingga biji jagung dapat menyerap air dengan mudah, tetapi di karenakan kapas
yang peneliti gunakan merupakan kapas yang teksturnya berserat,
maka menghambat ruang gerak pertumbuhan akar kecambahan ,yang menyebabkan
pertumbuhan jagung sangat lambat.
·
Tanah bertekstur pasir sangat mudah di olah,
media ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang
baik,memiliki luas permukaan kumulatif
yang relatif kecil,
sehingga kemampuan akar kecambah menembus tanah bertekstur pasir sangat mudah
dan meyebabkan pertumbuhan kecambah sangat cepat.
Setiap
media yang berbeda pasti selalu memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap
suatu perkecambahan. Karena, setiap media tanam pasti memiliki daya
intermolekul, tekstur, unsur, dan yang lainnya berbeda-beda.
4.3.1 Data Hasil
Penelitian
Dalam penelitian ini, biji dengan media pasir lebih
cepat daripada dengan media tanah liat dan media kapas. Berikut ini adalah
pengukuran pertumbuhan biji jagung selama jangka waktu 5 hari.
Hari ke-
|
Tinggi
pertumbuhan batang (dalam cm)
|
1
|
2
|
3
|
Tanah
Liat
|
Pasir
|
Kapas
|
1
|
1,5
|
0,7
|
0
|
2
|
2,5
|
5
|
3,5
|
3
|
5
|
7,5
|
4,2
|
4
|
7,5
|
10
|
5,6
|
5
|
10
|
13
|
7
|
Rata
–rata
|
5,3
|
7,24
|
4,06
|
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Media tanam dapat
berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji jagung.Mulai dari daya
intermolekul,tekstur media tersebut dan lain-lain.Apa bila media tanam memiliki
daya intermolekul yang kecil maka kecepatan perkecambahan juga akan lambat
dikarenakan biji sulit dalam menyerap air,sedangkan apabila daya intermolekul
besar maka sebaliknya. Dilihat dari tekstur,apabila media tanam memiliki
tekstur sangat berserat atau pori – porinya sangat rapat seperti kapas, maka
akar akan sulit menembus atau sulit mendapat ruang gerak. Bila menggunakan
media tanam pasir, akar tanaman akan mudah mendapat ruang gerak, mudah menembus
pori-pori karena pasir mempunyai rongga udara yang baik dan mempunyai daya
serap air yang baik, sehingga perkecambahan biji jagung mengalami pertumbuhan
yang cepat.
5.2 Saran
Pembaca disarankan
dapat melanjutkan penelitian ini sebagai perbandingan untuk penelitian yang
lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan untuk
penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan penanaman biji jagung.
Perkembangan Ilmu Biologi bergantung pada kepedulian kita terhadap hal-hal baru
dalam pengetahuan alam.
DAFTAR PUSTAKA
Badri, Rohman,Penelitian Pengaruh Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan Jagung,( Biologi
Umum dan Mikrobiologi Industri), Sekolah Teknologi Menengah Negeri Kimia,Bandung,1989 .
*Budidaya Jagung Manis*, http://mitra-petani.blogspot.com/2012/11/budidaya-jagung-manis.html,
diakses pada jumat,9 November 2012.
Justice.Oren L,Bass.Louis N,Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih,Jakarta:Raja
Grafindo Perkasa.http://ditjembun.deptan.go.id/.diakses pada jumat,9 November
2012.
Kartasapoetra,Ance G, Teknologi Benih (Pengolahan Benih
dan Tuntunan Praktikum),Jakarta:Rineka Cipta,2003.
Pratiwi, D.A, S. Maryati, Srikini, Suharto & Bambang
S. , BIOLOGI untuk SMA kelas X, Jakarta: Penerbit Erlangga,2007.
Subandi dan Kusneni,Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi, Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman,2007.
Subardi,Nuryani, Shiddiq Pramono,BIOLOGI untuk SMA dan MA
Kelas XII,Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,2007.
Susila ,A.D , Panduan Budidaya Tanaman Sayuran, Bogor : Departemem
Agronomi dan Holtikutura, Fakultas Pertanian IPB,2006.